Kamis, 25 September 2008

Bersih Diri Bersih Lingkungan


Kebersihan adalah bagian dari iman. Kalimat yang merupakan bagian hadist Rasulullah SAW dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari r.a. itu seakan membenarkan pentingnya kebiasaan hidup bersih.

Tidak hanya orang dewasa yang wajib menjaga kebersihan, anak-anak pun demikian. Namun, mengajarkan kebiasaan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Terutama, jika si kecil masih sering melihat banyak orang dewasa yang dengan mudahnya membuang sampah di jalan. Padahal ada berbagai manfaat dari mengajarkan anak

Untuk efek jangka pendek, anak akan mengerti apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan diri. Anak pun bisa merasakan secara langsung, dengan selalu menjaga kebersihan diri dia akan lebih segar.

Sementara itu, dari sisi psikologis, akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri anak, mengasah keterampilan motorik, dan memperbanyak pengetahuan soal kesehatan.
manfaat anak menjaga kebersihan ialah badannya yang selalu bersih dan tak mudah diserang penyakit.

Anak yang sudah biasa melakukan bersih-bersih diri, umumnya juga akan bersih terhadap lingkungan. Dia tidak mau buang sampah sembarangan dan rajin bersih-bersih, minimal kamarnya. Namun, tetap harus diingat bahwa orangtua harus bisa memberikan teladan yang baik mengenai kebersihan anak.

Orangtua perlu disiplin menerapkan aturan-aturan, seperti ketika masuk rumah harus cuci kaki dan tangan. Kemudian, menggosok gigi sebelum tidur, mandi harus membersihkan seluruh tubuh, mengganti baju yang sudah dipakai di luar rumah dan lain-lain. Jangan jemu-jemu mengingatkan anak untuk menaati itu semua agar terbiasa menerapkan hidup sehat. (ri)


Tips Mengajarkan Anak Kebersihan

Kiat-kiat yang harus digunakan untuk mengajak seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

1. Gunakan kata-kata yang lembut dan tenang dalam meminta mereka melakukan kegiatan kebersihan. Jangan mengancam atau merendahkan.
2. Anak cenderung meniru tindakan yang dilakukan orangtua. Jadi, hindari membuang sampah sembarangan atau meludah seenaknya.
3. Buatlah kegiatan menjaga kebersihan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membuatnya nyaman.
4. Buat penyesuaian yang diperlukan ketika mengajak anak membersihkan diri. Ajak anak untuk menyikat gigi dengan rasa yang disukainya. Atau, pakailah sampo yang tidak perih dimata dan wangi untuk menarik perhatiannya.
5. Memotong kuku, membersihkan telinga dan hidung juga tak bisa dipisahkan dari kegiatan menjaga kebersihan tubuh.
6. Untuk anak usia sekolah dasar, orangtua bisa mulai membiasakan anak untuk mencuci sendiri alat makannya setiap kali selesai makan dan minum.
7. Untuk menjaga kebersihan rumah, bagilah tugas sesuai dengan usia, sifat dan ketrampilan anggota keluarga. Misalnya, anak usia 3 tahun dapat membantu mengelap meja atau kursi, anak usia 7 tahun bertugas membuang sampah dan sebagainya.
8. Jangan lupa bersihkan kandang dan binatang peliharaan secara teratur. Periksakan juga kesehatan binatang peliharaan secara berkala ke dokter hewan.
9. Beri penghargaan dan perhatian bagi setiap anggota keluarga telah menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Misalnya, peluk anak Anda dan ucapkan pujian atas keahlian barunya mencuci gelas. Ucapkan pula terimakasih atas bantuannya. (ri)

MGC Kembali Danai Kelurahan Pro Lingkungan




MAKASSAR.NEWS-- Panitia Makassar Green and Clean 2008 kembali menyiapkan dana bagi kelurahan yang pro lingkungan. Jika sebelumnya dana yang disiapkan untuk lomba Kampung Bersih, kini MGC akan mengucurkan dana khusus untuk pengelolaan sampah.

Motivator Green and Clean Ima Novita menjelaskan pemberian dana pengelolaan sampah ini merupakan program reguler dari MGC 2008 yang dinamakan Melangkah Bersama Bedah Lingkungan (MBLL).

"Kita berharap dana tersebut akan digunakan untuk mengelola sampah dengan tujuan mereduksi sampah di lingkungan setempat," kata Ima, di Sekretariat MGC, Lantai 3 gedung Fajar Graha Pena, Rabu 24 September.

Rencananya, program tersebut akan disosialisasikan kepada seluruh kecamatan dan kelurahan pada 8 Oktober mendatang. "Nantinya kita berharap ada lagi satu fasilitator yang di utus dari tiap kelurahan untuk mengikuti program ini," kata Ima.

Namun Ima belum bersedia mengungkap seberapa besar dana yang disiapkan itu. (aha/fajar)

Minggu, 21 September 2008

Tanaman Punya Kemampuan Berkominikasi Lewat Atmosfir




WASHINGTON.NewsMGC-- Sebagaimana makluk hidup lainnya, tumbuhan ternyata juga memiliki mekanisme pertahanan terhadap bahaya. Caranya, dengan mengeluarkan senyawa kimia yang mirip aspirin, si obat antinyeri kepala dan demam yang terkenal itu.
Menurut para peneliti di the National Center for Atmospheric Research di Colorado, AS, senyawa kimia yang berupa gas methyl salicylate itu dikeluarkan tanaman saat mereka dalam kondisi kekurangan air atau di tengah musim yang tidak biasa.
"Tak seperti manusia yang dianjurkan aspirin sebagai obat demam, tanaman punya kemampuan untuk memproduksi campuran zat kimia seperti aspirin, menyusun formasi protein yang memperkuat ketahanan biokimia dan mengurangi pengelupasan, " ujar Thomas karl, pemimpin kelompok studi itu.
Methyl salicylate juga sangat berguna bagi tanaman terutama untuk mengamankan mereka dari kerusakan dan membantu memberikan sinyal bahaya pada tanaman lain. Peneliti secara tak sengaja menemukan ini. Tahun lalu mereka hanya merancang sebuah peralatan di semak belukar kenari California untuk memantau buangan tanaman berupa senyawa organic volatile.
Selama ini, acetylsalycylic acid alias aspirin memang didapatkan dari kulit batang. Tapi, senyawa tersebut tak pernah dikeluarkan sebagai gas. Senyawa yang dihasilkan tanaman ini, menurut peneliti, dapat menyatukan gas-gas buangan industri sehingga mencegah polusi. Secara tidak langsung ia berkontribusi mempengaruhi iklim lokal.
"Penemuan ini membuktikan bahwa komunikasi tanaman ke tanaman terjadi pada tingkat ekosistem" ujar ilmuwan Alex Guenther. "Ini memunculkan kesimpulan bahwa tanaman punya kemampuan berkomunikasi lewat atmosfir."
Misalnya, ketika sebuah tanaman didekati oleh serangga. Tanaman tersebut akan mengeluarkan zat kimia untuk memberi tanda kepada tanaman lain. (Rtr/ape/ttg)

Sabtu, 20 September 2008

Untuk Kita Renungkan

Di mana - mana sekarang banyak orang membicarakan tentang lingkungan hidup. Topik lingkungan hidup dijadikan bahan pembicaraan dalam berbagai seminar,simposium, dan diskusi di berbagai tempat mulai dari level sederhana sampai ke ruangan konvensi berharga mahal. Namun setelah itu hasilnya hanya cukup sebagai agenda dan bahan berita pada media cetak dan media elektronik yang bertajuk lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang dibicarakan itu eksistensinya tak akan lebih baik kalau tidak diikuti oleh aksi perbaikan lingkungan di lapangan.

Kebiasaan melemparkan sampah nampaknya sudah menjadi budaya bangsa kita. Atau kalau tidak sudi dengan pernyataan ini, maka kita bisa membuat pernyataan bahwa membuang sampah adalah bagian dari gaya hidup kita sendiri. Kepedulian kita atas topik sampah baru sebatas kepedulian akan masalah kebersihan di lingkungan rumah semata-mata. Memang banyak orang dan kita sendiri yang sudah peduli untuk membersihkan dan merapikan rumah dua kali sehari dan merapikan lingkungan rumah sekali dalam seminggu. Namun sampahnya bagaimana ?

Banyak orang yang suka punya kebiasaan buruk mereka membuat dan menjaga lingkungan rumah sendiri menjadi bersih namun bersikap masa bodoh terhadap kebersihan lingkungan orang. Secara masa bodoh mereka menumpuk sampahnya ke lahan orang lain. Dan bila ada papan peringatan dengan tulisan ”dilarang membuang sampah di sini” maka mereka dengan senang hati menumpuk sampah ke tempat yang dimana mereka suka tanpa memikirkan efek selanjutnya terhadap alam dan terhadap orang lain.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan, seperti pernyataan di atas tadi, bahwa membuang sampah sembarangan sudah menjadi bagian dari gaya hidup orang desa dan orang kota. Untuk kondisi rumah tangga di desa, masalah membuang sampah dan penumpukan sampah tidak begitu masalah karena di sana mungkin masih ada lahan untuk menguburkan sampah. Namun untuk kebersihan lingkungan hidup seperti di tempat keramaian dan di sepanjang jalan. Sampah seolah-olah sudah menjadi dekorasi sepanjang pinggir jalan raya mengalahkan indahnya dekorasi alam dengan tanaman dan tumbuhan bunga yang warna warni.

Bagaimana dengan lingkungan perkotaan ? Adalah sesuatu yang memalukan untuk dideskripsikan. Kita akan sulit membedakan antara mana pasar dan mana kandang kerbau (maaf) kita sering susah payah kalau berjalan untuk mencari tempat yang akan kita injak. Karena lumpur bercampur kompos, sampah yang membusuk, sudah menjadi aspal di areal pasar. Begitu pula dengan para penghuni wilayah perkotaan, mereka itu, sekali lagi, adalah bisa jadi kita semua sebagai orang-orang yang sudah menjadikan membuang sampah sebagai gaya hidup. Di sana cukup banyak orang yang yang sudi mengotori dan mencemari lingkungan hidup perkotaan. Tidak percaya ? Coba lihat air yang mengalir dalam got dan sungai (di dalam kota), betapa kualitas airnya sudah memberi isyarat bahwa tidak ada lagi kehidupan biota air di dalamnya. Kemudian bagaimana dengan kualitas udara dan pohon-pohonan ?

Kebiasan membuang sampah yang sudah menjadi budaya jelek atau bahagian dari hidup kita, agaknya sulit untuk dikikis habis kalau ajakan untuk mengobah kebiasaan ini hanya ”bersifat ajakan atau cuma sekedar semboyan”. Himbauan, semboyan dan peringatan yang hanya tertulis pada sekeping papan. Seribu kali seminar dan diskusi untuk mengatasi masalah sampah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup akan tidak berarti apa-apa tanpa ada aksi dan contoh atau model dari figur- figur bagi generasi yang lebih muda.

Untuk bisa berubah ke arah yang baik atau ke arah yang kurang baik, maka model atau ”suri teladan” punya peran yang cukup penting. Kalau sekarang kita lihat gaya hidup dan prilaku anak-anak muda sekarang cenderung berubah dan tampak aneh dimata famili dan orangtua. Itu semua karena mereka terinspirasi dan mengikuti model yang mereka lihat- mungkin dalam media elektronik atau cetak dan bisa jadi figur yang mereka pungut langsung di jalanan raya sebagai panutan hidup. Syukur bila bila figur atau model yang mereka pungut tersebut bermental, berakhlak, berpribadi dan berwawasan baik.

Adalah contoh atau model untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan berasal dari pribadi orangtua, kakak, guru, pejabat pemerintah dan lain-lain. Pendek kata figur-figur yang demikian itu adalah kita semua.

Sering pelajaran yang diperoleh di sekolah kenyataannya berbeda dari fakta yang diperlihatkan oleh para figur model lewat prilaku dan gaya hidup mereka. Di sekolah kita diajarkan agar kita ”tidak boleh merokok dan harus hidup disiplin”. Tapi dalam kenyatan orang yang menjadi panutan hidup ini model bagi kehidupan kita melanggar aturan ini. Di sekolah ibu guru dan bapak guru mengajarkan agar kita harus membuang sampah pada tempatnya. Begitu pula dari buku bacaan yang kita baca di rumah agar kita mesti menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Namun fakta, ayah, ibu dan paman kita melempar sampah ke tengah jalan atau ke dalam got seenaknya.

Alangkah bingungnya anak anak yang dididik dan diajar agar bisa mencintai kebersihan dan menjaga lingkungan hidup ini. Namun dalam realita, mereka melihat bahwa begitu banyak orang dewasa, guru, orangtua dan tetangga mereka dan apalagi orang orang yang mereka anggap terdidik tidak berbuat seperti yang mereka baca dan mereka pelajari. Akhirnya mereka juga berbuat seperti hal demikian. Akhirnya adalah lazim bila lingkungan ini menjadi kotor dan tidak rapi karena tangan orang-orang mulai dari usia muda sampai berusia tua, dari orang biasa sampai orang yang menganggap dirinya terdidik dan elit dan dari orang orang desa sampai kepada orang orang kota. Melihat kebersihan di daerah daerah lain di Indonesia dan juga negara tetangga, mereka bisa menjadi negara yang bersih dan asri, ini karena di sana sudah ada sistem dan sistem kebersihan itu sudah berjalan.

Namun bila diamati secara seksama bahwa sistem kebersihan bisa terganggu oleh sikap dan kebiasaan orang orang- mereka bisa jadi anak sekolah, pejalan kaki, pegawai, buruh, pedagang dan lain-lain- melempar puntung rokok, kulit permen, bungkus makanan dan beraneka macam pembukus terbuat dari plastik, sampah atau material lainnya berjatuhan mengotori bumi. Dan orang lain merasa tidak peduli atas keberdaaan alam yang bersih berubah menjadi ”amburadul” ini. Jalan raya telah menjadi ”tong sampah yang terpanjang dan terbesar di dunia” karena pengguna jalan raya dan pemilik kendaraan bermotor tidak punya perasaan sensitif dan tega untuk mencemari kebersihan ini. Coba lihat sekarang bila anda berpergian. Arahkanlah pandangan dan kita akan menjumpai ribuan sampai jutaan keping sampah bertebaran mengganti indahnya tanaman bunga. Namun apakah masih ada perasaan risih mereka (dan kita) melihat kenyataan ini.

Bila perasaan sensitif sudah hilang atas masalah kebersihan. Maka adalah tugas kita, sebagai figur model, untuk kembali mengembalikan perasaan ”sense of sensitive” dan kita patut mengajak dan memberi contoh masyarakat ”groot grass level” dan juga masyarakat yang berpendidikan tinggi tapi berhati kurang sensitif untuk memiliki rasa peduli kepada lingkungan. Pada mulanya usaha untuk mengembalikan rasa peduli ini bisa bersifat”bottom up”. Dengan meminjam istilah ungkapan seorang Kyai Indonesia, yakni ”memulai usaha pelestarian lingkungan hidup” dan menjaga kebersihan dan ”tidak membuang sampah sembarangan” dari diri sendiri dan sekarang ini juga. Ini dimulai dari rumah tangga, sekolah, pemerintah dengan kantornya, pemilik usaha ekonomi dengan toko-tokonya dan para pemilik kendaraan dan pengguna jalan raya agar memahami bagaimana pentingnya makna kebersihan dan kebersihan alam itu sendiri.

Merenungkan kembali, seperti yang kita nyatakan di atas tadi, bahwa sungai yang dulu berair bening sekarang berubah menjadi sungai dengan tumpukan sampah. Pinggir jalan raya dan taman-taman yang dulu hijau oleh tumbuhan serta rerumputan dan sekarang kotor dan semraut oleh tebaran sampah botol minuman sampai sampah bungkus makanan. Itu semua disebabkan oleh perbuatan orang orang yang datang kesana dan para pengguna jalan. Dimana yang bertebaran itu bersumber dari sampah yang mereka bawa dari rumah atau sampah yang sumbernya dan dari toko-toko untuk kemudian mereka lemparkan ke bumi seenaknya. Maka figur yang amat bertanggung jawab atas penggotoran bumi ini adalah para pemilik toko, pemilik warung, pengguna jalan raya, pengusaha transportasi, orang tua dan guru dan orang-orang yang merasa dirinya sebagai orang terdidik.

Untuk mencegah agar setiap orang tidak membuang sampah seenaknya maka sangat diperlukan seribu sampai sejuta lagi spanduk yang bertuliskan ”jangan buang sampah” agar di pasang dan diukir di berbagai tempat mulai dari rumah, sekolah, kampus, pasar, persimpangan jalan, rumah ibadah, di desa dan di kota sampai ke tempat keramaian dan diikuti oleh perbuatan atau prilaku. Para figur harus melakukan agar bisa menjadi model bagi anak-anak dan generasi yang sedang sibuk menjadi figur atau model dalam usia indentifikasi diri mereka. Kemudian diperlukan pula agar kita menyediakan seribu sampai sejuta tong sampah. Namun jangan biarkan tong sampah itu tergeletak penuh dengan tumpukan sampah untuk jangka waktu lama apalagi bila menumpuk sampai sampai bertahun-tahun tindakan ”top down” amat dibutuhkan. Mimpi kita bisa terwujud untuk menjadikan daerah ini, negara ini agar bebas dari sampah lewat gerakan ”perang melawan sampah secara totalitas” sekarang ini juga dan mulai dari diri sendiri, sekolah sendiri, rumah sendiri, lingkungan sendiri.(team MGC)

Kamis, 18 September 2008

Untia : Kembangkan Lavender sebagai Nilai Jual



MAKASSAR.news. -- Kendati jauh dari pusat keramaian dan transportasi umum, tidak membuat warga RW 02, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya surut untuk memajukan wilayahnya.
Proses tersebut ditempuh melalui pembibitan Lavender yang dimulai tahun 2004. Dengan cara itu, mereka berharap wilayahnya punya nilai jual dan lebih dikenal.
Hal itu diungkapkan Fasilitator Makassar Green and Clean (MGC) 2008, Djamrud Damayanti, beberapa waktu lalu. "Bibit lavender itu saya dapatkan dari Kassi-kassi.Tahun 2004 saya mulai menanamnya dan terus berkembang hingga saat ini," terang Djamrud yang didampingi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Untia, Bohari Rahman, dan Ketua Pembangunan Untia, Dinasuddin.
Melihat hasil lavender cukup menggembirakan saat itu, kata Djamrud, banyak warganya yang berminat menanam. Terlebih kelurahan yang dikenal dengan desa nelayan ini cukup rawan serangan nyamuk. "Rumah kami kan dekat pantai yang bikin nyamuk juga banyak. Makanya lavender ini membantu meminimalkannya," terangnya.
Di kelurahan ini sudah ada sekitar 60 rumah warga yang mengembangkan tanaman pengusir nyamuk itu. Namun umumnya masih sebatas untuk keperluan pribadi. "Kalau saya sudah memasarkannya dengan harga Rp5.000 satu pot. Itu untuk usia dua minggu," ungkap perempuan tujuh anak ini.
Bertanam lavender, ungkapnya, jika dikembangkan akan membawa banyak keuntungan. Jika usia lavender satu tahun, lavender akan berbunga dan menghasilkan bibit hingga 50 batang.
Pada momen agustusan lalu, diakui Djamrud, membawa berkah tersendiri. "Dalam sebulan saya bisa jual sampai 50 pot. Ibu-ibu PKK dari pusat kota banyak yang cari," ungkapnya tersenyum yang mengaku menyiapkan 200 bibit.
Untuk perawatan lavender tidaklah sulit. "Cukup disiram teratur dan diberi pupuk kandang. Tanaman ini gampang berbunga," paparnya yang menyebut pasarannya baru seputar Kota Makassar.
Hal senada diungkapkan Mansyur, tetangga Djamrud yang mengembangkan bibit lavender. "Ini sebagai penghasilan tambahan di samping melaut," ungkap nelayan ini. Untuk bulan Agustus ini, Mansyur menyiapkan stok 50 pot.
Mengenai sampah, wilayah yang berpenduduk 80 KK atau 300 jiwa itu belum pernah menerapkan pengelolaan sampah secara khusus. "Saya baru belajar bikin kompos setelah ikut pelatihan MGC. Rencananya akan kami terapkan," kata Djamrud.
Wilayah yang didominasi nelayan ini masih memiliki kendala terutama dalam pengadaan air bersih dan transportasi umum. Tetapi untuk fasilitas, kawasan yang dibuka tahun 1996 ini cukup representatif. Seperti masjid, sekolah, posyandu, dan perpustakaan.(fajar/m02)

Pembangunan Ruko Harus Diimbangi Penghijauan




MAKASSAR.NEWS.-Guru Besar Fakultas Pertanian Unhas, Prof Dr Ir Baharuddin, Dipl, Ing, Agr mengimbau agar setiap pembangunan ruko di kota ini, disertai dengan penghijauan. Berdasarkan pengamatannya, banyak ruko yang didirikan namun tidak memerhatikan aspek tersebut.

"Coba lihat, banyak ruko hanya terdiri dari tembok saja. Padahal sebenarnya banyak yang bisa ditanam meskipun ruko itu tak memiliki pekarangan," paparnya kepada Fajar, Senin, 11 Agustus.

Jika memiliki ruko berlahan sempit, lanjut Baharuddin, bisa disiasati dengan memperbanyak pot. Pot-pot itu dapat ditanami bougenville, adenium, maupun kaktus. "Tanaman itu tahan panas dan tidak perlu perawatan khusus. Bisa mengurangi terik matahari," ungkapnya. Satu ruko, kata dia, idealnya memiliki minimal sepuluh pot.

Selain penghijauan pada ruko, Baharuddin mengimbau agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan yang ada meskipun luasnya terbatas. "Seperti yang kita lihat pada masyarakat di Jawa maupun luar negeri. Lahan sempit pun bisa ditanami sayuran organik," katanya.

Terkait program Makassar Green and Clean (MGC) 2008, baginya cukup representatif mengajak masyarakat menjaga lingkungan. "Program MGC bagus dan bisa membuat masyarakat lebih menjaga kebersihan," pungkasnya. (fajar/m02)

Rabu, 17 September 2008

Pemkot Upaya Wadahi Hasil Kerajinan Daur Ulang

Replika Masjid dari Koran karya RW 4 Karanganyar

Makassar.News. Asisten Ekonomi pembangunan dan sosial kota Makassar, DR. Burahanuddin saat buka puasa bersama di rujab walikota Makassar, 14 September 2008, menyatakan salut dengan upaya dari fasilitator dari MGC. Meski tak menjanjikan, namun Burhanuddin akan berupaya mewadahi hasil kerajinan yang dihasilkan oleh fasilitator. Untuk itu, Burhanuddin akan mengusulkan agar kerajinan daur ulang sampah milik fasilitator bisa dibeli pemerintah kota sebagai aksesoris pemkot untuk tamu-tamu Makassar. "Di Surabaya, ketika berkunjng ke pemkotnya ole-ole yang kita bawa adalah hasil daur ulang sampah. Nah ini kenapa tidak diberlakukan juga di Makassar," ujar mantan Kadis pengelolaan lingkungan hidup dan kebersihan kota Makassar.
Jadi, kapan ya? hal itu bisa direalisasikan oleh Pemkot?.

Kerajinan Daur Ulang

kerajinan daur ulang di batua RW 7

Makassar.News. Kerajinan hasil daur ulang di Kota Makassar, hingga saat ini berkembang begitu pesat. Beberapa lokasi di Makassar seperti di Kelurahan Batua Kecamatan Manggala RW 7 yang dikoordinir oleh Ibu Ummah Dg Ne'nang, di Karangnyar dari RW 1, 3 dan 4 juga sudah lama dikenal dengan kerajinan daur ulangnya, kemudian di Timungan Lompoa, Tamamaung, Malimongan Tua, dan beberapa lokasi lainnya yang masuk dalam 50 besar MGC 2008. Kerajinan hasil daur ulang sampah warga Makassar ini tergolong unik dan punya ciri khas masing-masing. Hanya saja, kendala utama yang mereka persoalkan mengenai pemasaran hasil-hasil kerajinan mereka. Mungkinkah ada pihak-pihak yang bisa membantu mereka? Bagaimana respon pemerintah Kota Makassar.???

Minggu, 14 September 2008

Satu Rumah Satu Pohon

mgc_01

Pada tanggal 14 September 2008 diadakan acara buka puasa bersama di rumah jabatan Walikota Makassar, tampak foto bersama Walikota Makassar bersama 50 fasilitator dan motivator Makassar Green and Clean (MGC. Acara ini turut dihadiri Camat dan Lurah se Kota Makassar, pada kesempatan itu Walikota Makassar berharap program MGC terus dilanjutkan. Walikota menghimbau pihak kelurahan mendukung program Sul-Sel GO GREEN dengan menggalakkan penghijauan yakni dengan menanam minimal satu pohon tiap rumahnya. Sementara itu Asisten II Pemkot Makassar, Andi Burhanuddin, menyatakan pihak Bapedalda Provinsi Sul-Sel dalam waktu dekat akan memberikan bantuan berupa pohon produktif. Untuk itu, pada kesempatan tersebut Andi Burhanuddin meminta kepada seluruh 50 fasilitator untuk mendata jumlah rumah yang ada di RW-nya.(Alam/Kiki)

Buka Puasa Bersama MGC

Photobucket

MAKASSAR. Untuk menjaga silaturahmi antara sesama fasilitator, motivator, lurah dan pemerintah kota Makassar serta sponsor kegiatan, Minggu, 14 September 2008 dilaksanakan buka puasa bersama di rumah jabatan walikota Makassar. Kegiatan ini merupakan langkah untuk kembali menyatukan visi dan misi MGC ke depan setelah pelaksanaan Makassar Green and Clean Award 2008 lalu. Selain buka puasa bersama, juga akan dirangkaikan dengan dialog mengenai rencana ke depan MGC. Salah satu upaya perhatian pemerintah kota Makassar berencana akan memfasilitasi penyerahan bibit pohon mangga kepada 50 RW yang lolos MGC 2008. Nampak dalam gambar motivator bersama Walikota Makassar.(shr)

Sabtu, 13 September 2008

MGC Award dalam bingkai




Berharap MGC Tetap Eksis


MakassarNews. 50 fasilitator tetap berharap, Makassar green and Clean tetap berlanjut. Award diharapkan bukan akhir dari segal-galanya untuk menciptakan Makassar sebagai kota Bersih Hijau dan Sehat. Mereka berharap, kegiatan ini mampu memberikan manfaat bagi warga kota Makassar. Sementara itu, fasilitator yang wilayahnya sudah mampu mengelola sampah an organiknya, bisa mendapat perhatian dari pemerintah untuk membeli produk-produk mereka.

500 Pohon dan Biopori untuk MGC

MakassarNews. Jika tak ada aral melintang, usai lebaran, pihak Unilever tak main-main dalam program Makassar Green and Clean. Buktinya, setelah Award lalu, pihak Unilever kembali akan melaksanakan kegiatan. Salah satunya pemberian Biopori dan pohon yang jumlahnya masing-masing 500 buah. Kesemua barang tersebut nantinya akan diserahkan kepada 50 RW yang masuk dalam 50 nominasi Makassar Green and Clean 2008. Silvi Tirawaty (Unilever JKT) melalui sms nya ke saharuddin ridwan (PO MGC) menyatakan "Saya sangat senang sekali mendengar perkembangan di kota Makasasar. Kita akan kembali merapatkan barisan setelah lebaran ini. Unilever juga merencanakan akan membantu kota Makassar dengan 500 pohon serta pembuatan 500 biopori. Untuk itu, perwakilan team Unilever Surabaya segera ke Makassar untuk merencanakan kegiatan setelah lebaran ini," beber Silvi. Kenyataan inilah yang membuat team Makassar tetap solid untuk bersatu menyukseskan acara ini.

MGC dalam Berita

Sampah dan Partisipasi Tentukan Kelulusan

Laporan: Akbar Hamdan

MAKASSAR-- Pengelolaan sampah dan partisipasi masyarakat menjadi faktor penentu dalam penilaian tim juri yang saat ini sedang melakukan seleksi 50 besar.

Ketua program Makassar Green and Clean 2008, Nunuk Maghfiroh menjelaskan, pengelolaan sampah dan partisipasi masyarakat memiliki poin hingga 60 persen dari sejumlah indikator yang dijadikan acuan tim juri.

"Penilaian tim juri akan lebih banyak ditujukan pada cara masyarakat mengelola sampahnya. Sebab sampah adalah masalah utama dan berkaitan erat dengan kebersihan, kesehatan dan penghijauan," kata Nunuk usai memimpin rapat koordinasi dengan tim juri Makassar Green and Clean 2008, di ruang PSDM Fajar, Lantai III gedung Fajar Graha Pena, Rabu 9 Juli.

Hal penting lainnya yang patut diperhatikan adalah partisipasi masyarakat. Nunuk menjelaskan, kekompakan, kesamaan visi serta persataun warga RW bersangkutan dalam menghadapi kegiatan ini juga akan menentukan lolos tidaknya dalam babak selanjutnya.

Indikator selebihnya kata Nunuk, adalah penghijauan dan keadaan fisik RW yang menjadi peserta kegiatan ini.

Namun laporan dari lapangan menyebutkan, masih banyak pimpinan RW yang malas mensosialisasikan penilaian ini kepada warganya. "Banyak yang tidak tahu bahwa RWnya akan dinilai untuk bisa masuk 50 besar. Sepertinya, kepala RWnya yang kurang sosialisasi," kata Rizky Anwar, ketua tim juri.

Di samping itu, kendala yang dihadapi oleh warga peserta Green and Clean masih berkutat pada pengangkutan sampah. Persoalannya, lanjut Rizky, armada persampahan milik pemerintah masih kurang optimal melayani pengangkutan sampah.

"Banyak warga yang mengeluh soal pengangkutan sampah. Padahal, mereka sudah mau bekerja mempercantik wilayahnya," tandas Rizky. (