Kamis, 18 September 2008

Untia : Kembangkan Lavender sebagai Nilai Jual



MAKASSAR.news. -- Kendati jauh dari pusat keramaian dan transportasi umum, tidak membuat warga RW 02, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya surut untuk memajukan wilayahnya.
Proses tersebut ditempuh melalui pembibitan Lavender yang dimulai tahun 2004. Dengan cara itu, mereka berharap wilayahnya punya nilai jual dan lebih dikenal.
Hal itu diungkapkan Fasilitator Makassar Green and Clean (MGC) 2008, Djamrud Damayanti, beberapa waktu lalu. "Bibit lavender itu saya dapatkan dari Kassi-kassi.Tahun 2004 saya mulai menanamnya dan terus berkembang hingga saat ini," terang Djamrud yang didampingi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Untia, Bohari Rahman, dan Ketua Pembangunan Untia, Dinasuddin.
Melihat hasil lavender cukup menggembirakan saat itu, kata Djamrud, banyak warganya yang berminat menanam. Terlebih kelurahan yang dikenal dengan desa nelayan ini cukup rawan serangan nyamuk. "Rumah kami kan dekat pantai yang bikin nyamuk juga banyak. Makanya lavender ini membantu meminimalkannya," terangnya.
Di kelurahan ini sudah ada sekitar 60 rumah warga yang mengembangkan tanaman pengusir nyamuk itu. Namun umumnya masih sebatas untuk keperluan pribadi. "Kalau saya sudah memasarkannya dengan harga Rp5.000 satu pot. Itu untuk usia dua minggu," ungkap perempuan tujuh anak ini.
Bertanam lavender, ungkapnya, jika dikembangkan akan membawa banyak keuntungan. Jika usia lavender satu tahun, lavender akan berbunga dan menghasilkan bibit hingga 50 batang.
Pada momen agustusan lalu, diakui Djamrud, membawa berkah tersendiri. "Dalam sebulan saya bisa jual sampai 50 pot. Ibu-ibu PKK dari pusat kota banyak yang cari," ungkapnya tersenyum yang mengaku menyiapkan 200 bibit.
Untuk perawatan lavender tidaklah sulit. "Cukup disiram teratur dan diberi pupuk kandang. Tanaman ini gampang berbunga," paparnya yang menyebut pasarannya baru seputar Kota Makassar.
Hal senada diungkapkan Mansyur, tetangga Djamrud yang mengembangkan bibit lavender. "Ini sebagai penghasilan tambahan di samping melaut," ungkap nelayan ini. Untuk bulan Agustus ini, Mansyur menyiapkan stok 50 pot.
Mengenai sampah, wilayah yang berpenduduk 80 KK atau 300 jiwa itu belum pernah menerapkan pengelolaan sampah secara khusus. "Saya baru belajar bikin kompos setelah ikut pelatihan MGC. Rencananya akan kami terapkan," kata Djamrud.
Wilayah yang didominasi nelayan ini masih memiliki kendala terutama dalam pengadaan air bersih dan transportasi umum. Tetapi untuk fasilitas, kawasan yang dibuka tahun 1996 ini cukup representatif. Seperti masjid, sekolah, posyandu, dan perpustakaan.(fajar/m02)

Tidak ada komentar: