Rabu, 15 Oktober 2008

Mencari Wali Kota Hijau


MAKASSAR.NEWS. saat ini, panas, sampah dimana-mana, bising, kualitas udara buruk asap kendaraan menyesakkan dada, hingga Pantai Losari telah tercemari logam berat. Ya...Makassar ya...gersang dan tercemar.
Siapa pemimpin Makassar selanjutnya yang akan memiliki perhatian untuk memperbaiki realitas buruk lingkungan Kota Makassar tersebut?
Makassar jelas membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen lingkungan dan paham untuk melakukan penghijauan kota ini.

Dari ajang penyampaian visi-misi para calon wali kota di gedung DPRD Makassar, akhir pekan lalu, Minggu (12/10), rasanya tak terdengar ada kandidat yang secara khusus berpidato dan memberikan janji tentang penghijauan dan lingkungan.
Pun dari edaran Visi, Misi dan Program Calon Wali Kota/Wakil Wali Kota Makassar 2008 yang disebarkan KPU Makassar sebagian besar hanya diutarakan secara garis besar dan dengan bahasa klise.
Tentunya susah dicerna apa yang akan mereka lakukan dan bagaiman ditagih nanti untuk penghijauan, jika terpilih menjadi pemimpin selama lima tahun dari kota terbesar di Indonesia timur ini.
Namun ada pula yang secara rinci dan gamblang menguraikan pemahaman kondisi, visi/misi, dan program penghijauan/lingkungannya. (lihat: visi/mis dan program penghijauan kandidat)
Jelang kampanye pun, penghijauan dan lingkungan di Makassar bukan menjadi isu yang menarik diwacanakan para tim sukses dan kandidat pada pidato dan kunjungan di basis massa pendukungnya, di kegiatan aksi, maupun melalui media.
Entah mungkin karena masyarakat Makassar tak tertarik mendengarkan/membaca janji kepedulian lingkungan dan tak peduli dengan penghijauan.
Atau memang ke depan, Anda tak perlu berharap banyak akan ada wali kota untuk Makassar yang bersih, bebas pencemaran, dan wali kota untuk Makassar Go Green (hijau). Padahal realitas saat ini keseimbangan lingkungan Kota Makassar sudah sedemikian buruk (baca: Karena Udara di Makassar Kini jadi Racun dan Mengapa Pilih Wali Kota Hijau). Ayo...siapa yang peduli.

Karena Udara Makassar Kini jadi Racun
PERKEMBANGAN Kota Makassar akibat aktivitas pembangunan, sosial, hingga ekonomi dipahami oleh para kandidat wali kota Makassar telah menyeret kota pintu gerbang Indonesia timur ini memiliki beban lingkungan yang berat.
Pohon ditebangi dan ruang terbuka hijau (RTH) di Makassar berkurang cepat, akibatnya menurut seorang calon wali kota dalam paparan visi/misinya, kualitas lingkungan kota anjlok yang berakibat pada turunnya produktivitas warga, tingginya polusi udara dan terbatasnya ruang untuk interaksi sosial.
Sebuah penelitian yang dilansir Fakultas Kesehatan (FKM) Unhas dan UMI beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa kadar racun timbal (Pb) pada udara di Makassar tertinggi dan melebih kota metro lainnya seperti Jakarta dan Bandung.
Demikian pula data dari Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampapua) bahwa kualitas udara kota Makassar sudah melebihi ambang batas mutu udara ambien nasional 10 ug/m3.
Udara yang Anda hirup di dalam kota Makassar sekarang akan masuk ke dalam darah dan mengakumulasi menjadi racun ditubuh.
Jika seorang ibu hamil menghirup udara di Makassar (dengan realitas polusi sekarang) maka tingkat kecerdasan (IQ) anak yang lahir kemungkinan IQ-nya akan turun 25,5 poin plus beberapa kelainan fisik lainnya.
Tentu Anda tak mau dong...punya anak bodoh dan miliki kelainan, maka pilihlah wali kota yang jelas komitmen dan konsep penghijauannya. Nilai sendiri visi/misi dan programnya (lihat: visi/mis dan program penghijauan kandidat dan kata dan janji mereka)(sumber:Tribun Timur, Selalu yang Pertama).

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

Tidak ada komentar: